Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Pasangan Penyintas Kanker, Tsunami, dan Rinai Air Mata

26 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 26 Desember 2018   07:09 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagu kedua dimainkan. Ritmenya lebih slow. Mengayun-ayun hati audience dengan syair cinta. Syifa menonton dengan kagum. Sesekali ikut menyenandungkan lirik. Semua orang berbahagia, semua orang terkesima. Dunia serasa hanya milik mereka.

Tidak, tidak. Bumi tidak hanya berputar untuk mereka. Alam juga punya kehendaknya sendiri. Lihatlah apa yang terjadi.

Brak!

Panggung terbalik. Gelombang besar setinggi tiga meter menerjang tepi pantai. Syifa berteriak. Teriakannya berbaur dengan jeritan ratusan orang. Mereka terseret air.

Putri kampus kekasih violinis tampan itu terlempar. Ia menjerit kesakitan saat merasakan tubuhnya terkena puing-puing panggung dan bangunan yang hancur. Tepat di depan matanya, ia lihat orang-orang yang berjuang menyelamatkan diri sendiri. Terlalu sibuk mereka menyelamatkan diri hingga mendorong, mendesak, dan menenggelamkan orang lain.

Terjangan gelombang merusak kebahagiaan. Mata si gadis jelita digenangi kristal bening. Ia terisak-isak. Tangannya gemetar meraih sebuah boks hitam yang terapung di dekatnya. Dia pegang erat boks besar itu.

"Ya, Allah...Abi, Ummi, Adica." Syifa berulang kali menggumamkannya.

"Syifa takut...Abi, Syifa takut."

Dalam ketakutan, sosok yang selalu diingatnya adalah Abi Assegaf.

"Assegaf, kau baik-baik saja?" tanya Deddy, hatinya cemas luar biasa.

Tangan kanan Abi Assegaf memegangi dada. Sakit, sakit sekali. Tapi ia yakin, sakit ini bukanlah karena kankernya. Ada hal lain. Firasat buruk yang menyesakkan dada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun