"Adica..."
"Asyifa..."
Adica dan Asyifa, keduanya mengucap nama satu sama lain bersamaan. Getar-getar cinta merambat pelan dari satu gelas teh ke gelas lainnya. Teh mempercepat ekstasi cinta.
"Aku tak mau Abi kita tersiksa lagi," ungkap Adica, menyandarkan sisi hatinya yang merapuh pada Syifa.
"Kita harus jauhkan Abi dari kakekmu yang jahat itu."
Syifa mengambil nafas. Matanya berkaca-kaca. Sebesar apa luka yang ditimbulkan Jadd Hamid hingga membuat tiga orang yang ia cintai terluka? Adica benar. Abi Assegaf, Arlita, dan Adica harus dijauhkan dari orang-orang jahat berhati hitam.
"Abi Assegaf sudah terlalu banyak menderita...begitu juga kamu dan Ummi Arlita. Takkan kubiarkan siapa pun menyakitimu, Abi, dan Ummi lagi."
Begitu larut mereka dalam getar-getar cinta. Hingga tak menyadari sepasang mata sipit menatap mereka penuh arti. Sepasang mata sipit di balik wajah tampan yang memulas senyum memperhatikan kebersamaan mereka.
"Aku senang adikku telah menemukan belahan jiwanya."
** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H