"Belum tahu kapan. Tapi aku yakin Calvin pasti sembuh."
Mata Silvi terpejam. Ia teringat semua tentang Calvin. Calvin yang pertama kali ia cari saat patah hati gegara cinta terlarang dengan rohaniwan agama lain, Calvin yang memeluknya, mendengarkan dirinya berjam-jam, tetap di sampingnya walaupun tersakiti berkali-kali, memperhatikannya berhari-hari meski dibalas dengan pembiaran, membantu sebisanya tiap kali Silvi kesulitan, mengerti semua yang disukainya, dan mengajarinya arti kebaikan.Â
Calvin mengajari Silvi filantropi. Sering kali Silvi melihat Calvin membantu melunasi biaya rumah sakit pasien miskin. Perlu proses panjang untuk Silvi menerima Calvin sebagai calon pendamping hidupnya. Mata hatinya terbuka ketika merasakan sendiri sifat lembut dan penyabar Calvin Wan.
Pertama kali tahu Calvin divonis kanker darah, Silvi sangat trpukul. Bukan karena memiliki calon suami berpenyakit. Melainkan karena ia tak terima orang sebaik Calvin diuji penyakit parah.
Revan meraih tangan Silvi. Menuntun gadis itu ke depan pintu ballroom. Saatnya mereka menjadi penyambut tamu keluarga Tendean.
Banyak sekali tamu yang hadir. Pria-wanita memeluk dan mencium Silvi. Revan juga menerima banyak pelukan. Pelukan dan ciuman pipi sedikit melegakan gadis itu. Ia terus menatap penuh harap ke pintu, berharap Calvin datang.
"Aku masih berharap kau akan datang, malaikatku."
Sakitnya Calvin justru membuat rasa cinta Silvi semakin dalam. Penyakit menguatkan rasa cinta.
** Â Â
Cerita cantik, selamat ulang tahun malaikat tampan bermata sipitku.
** Â Â Â