Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Malaikat Turun di Tepi Pantai

30 November 2018   06:00 Diperbarui: 30 November 2018   05:57 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang suster masuk membawa food trolley. Abi Assegaf menerima nampan sarapan darinya. Menu oriental. Bubur congee-bubur nasi ringan dengan topping kacang merah, sayuran, dan daging-ditemani segelas teh krisan. Sama seperti rumah sakit bertaraf internasional lainnya, pasien boleh memilih menu. Pilihannya beragam: menu Indonesia, Barat, dan oriental.

"Pergi kamu dari sini!" bentak John Riantama.

"Saya akan pergi kalau Anda sudah makan." ucap Abi Assegaf.

Setelah berkata begitu, Abi Assegaf mengambil sendok. Disuapinya John Riantama dengan sabar. Ditunggunya saat pria yang terpaut 7 tahun dengannya itu mengunyah dan menelan. Lama sekali John Riantama mengunyah dan menelan makanannya.

Di suapan kelima, John Riantama kesulitan mengunyah. Abi Assegaf lebih dulu mengunyahkan makanan itu sebelum kembali menyuapkannya. Sabar, sabar sekali Abi Assegaf menyuapi orang yang terus menghinanya.

"Sebenarnya saya benci dirawat olehmu! Kamu hanya perusak! Kamu merusak adik saya!"

Abi Assegaf mendengarkan, mendengarkan hinaan-hinaan untuknya. John Riantama mengatainya perusak, pembuat pencitraan, dan penipu. Masih saja Abi Assegaf disalahkan karena membuat Deddy keluar dari agama lamanya. Kesalahan yang dituduhkan serasa tak termaafkan.

"Abi terlalu baik...seharusnya Abi tak usah memaafkan dia." komentar Silvi tajam.

Revan menyentil hidung adiknya. "Abi itu pemaaf, Silvi. Memangnya kamu? Yang susah lupa dan sulit memaafkan?"

Sulit, sulit bagi Abi Assegaf untuk tidak peduli. Konglomerat ini sakit dan tak ada yang peduli padanya. Abi Assegaf sangat kasihan. Kasih yang mendorongnya menyuapi John Riantama sambil mendengarkan hinaan-hinaannya. Bila dia harus melakukannya tiap pagi, dia tak keberatan.

Lembut dan sabar sekali Abi Assegaf menyuapi John Riantama. Seraya mengunyah sarapannya, John Riantama mengungkapkan hate speech pada pria baik hati itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun