"Iya, Assegaf. Ada apa?"
"Terima kasih Deddy, kamu tampil all out menjalankan tugasmu..." bisik Abi Assegaf.
Pria di balik kemudi tertawa kecil. "Sama-sama. Kamu baik-baik saja, kan?"
Pertanyaan yang sulit dijawab. Abi Assegaf sendiri tak tahu dirinya baik-baik saja atau tidak.
"Assegaf?" panggil Deddy khawatir.
"Kau kenapa? Sakit lagi ya? Perlukah aku ke rumahmu sekarang?"
Sejak vonis kanker jatuh, Deddy dan Sasmita makin perhatian pada Abi Assegaf. Sikap mereka berubah lebih lembut. Tak ada lagi Deddy yang kasar dan Sasmita yang pemabuk. Semuanya berubah lebih baik.
Abi Assegaf bernafas berat. Kekhawatiran Deddy menggelembung.
"Deddy, boleh aku cerita sesuatu?"
"Boleh, Assegaf. Tapi maaf, aku sambil menyetir ya."
Beban kesedihan seorang ayah sempurna tercurah. Abi Assegaf bercerita tentang sakitnya yang kambuh saat makan malam. Bagaimana Adica kesusahan mengangkat tubuhnya ke kamar. Bagaimana Arlita dan Syifa menjaganya sampai tertidur di karpet. Sesal menghinggapi hati. Dia telah membuat anak-anaknya kerepotan.