"Reno licik! Akan kubalas dia karena sudah melukai sahabat terbaikku!" Anton memaki. Bisa dipastikan Tuan Sulistyo, Nyonya Belinda, dan Luna akan menegurnya bila mendengar anak priyayi seperti dirinya berkata kasar begitu.
"Dia sudah menyakitimu," gumam Revan pelan, sedih dan tak rela.
"Anton, Revan, Albert, please...jangan terbawa emosi. Lawan Reno dengan kekuatan pikiran, bukan kekuatan fisik." lirih Calvin.
"Kamu terlalu baik, Calvin. Reno sudah menyakiti Dinda dan kamu..."
"Calvin demam. Kondisi sangat tidak baik. Tekanan jiwa membuat penyakit bertambah parah." Albert menyela tajam.
Anton mendesah cemas. Revan mengangguk paham. Calvin merasa sedih karena telah menyusahkan ketiga sahabatnya.
"Sorry..." Calvin meminta maaf, dan ia benar-benar menyesal.
"No problem. That's what friends are for." Revan menepis halus permintaan maaf itu, bergerak gesit ke built-in clothes. Mengambilkan pakaian ganti.
"Ya ampun Calvin, di rumah pun kamu selalu rapi ya..." komentar Revan saat membantu Calvin melepas jas dan mengganti pakaiannya.
Sementara Revan mengganti pakaian Calvin, Anton dan Albert mengemasi beberapa barang ke dalam Joy Boston Bag. Dua sahabat ini sempat ragu membawa barang semahal itu hanya untuk ke rumah sakit. Namun, inilah koper milik Calvin yang paling dekat dalam jangkauan tangan mereka.
** Â Â Â