Revan mencegahnya. Sebagai gantinya, pria Minahasa-Turki-Portugis itulah yang berlari menolong si anak lelaki.
"Kamu tidak apa-apa, Sayang?" Revan bertanya lembut, berlutut di depan anak itu.
Anak laki-laki berkepala botak itu terisak. Revan mengusap lembut kepalanya yang berdarah, lalu membebat lukanya. Calvin merasa semakin sedih dan tak berguna. Ia hanya bisa menyaksikan dari atas kursi rodanya, tak bisa ikut menolong anak itu.
Pelan-pelan didekatkannya kursi roda ke samping Revan dan anak malang yang kini berada di pangkuannya. Satu-dua kali masih terdengar anak itu terisak kesakitan. Bersama Revan, Calvin ikut menenangkan.
"Wilfran?"
Pintu sal kelas 3 membuka lebar. Seorang pria berkulit coklat dan berwajah persegi tergesa berjalan keluar. Raut wajahnya cemas dan tertekan.
** Â Â Â
Why don't we share the same love?
Tell me why not
Life is shorter than most had thought
Hold my hand