"Boleh. Kita jamaah saja. Kebetulan saya juga belum shalat." ajak Dokter Rustian.
Kehangatan menyelimuti hati Calvin. Inilah yang dicarinya. Seharusnya tugas ini dilakukan Papanya. Nyatanya, Dokter Rustianlah yang mengambil alih.
Mereka shalat berjamaah. Dokter Rustian menjadi Imam. Al-Fatihah dan ayat ke-184, 185, dan 186 Al-Baqarah di rakaat pertama. Dilanjutkan Ar-Rahman di rakaat kedua. Calvin tak keberatan ayah keduanya membacakan surah yang agak panjang. Meski punggung dan perut bagian bawahnya terasa sakit di rakaat kedua, tapi ia masih kuat berdiri dalam waktu cukup lama.
Nikmatnya beribadah bersama orang terdekat. Manisnya lebih terasa. Andai saja setiap saat bisa begini. Bahagia rasanya shalat berjamaah bersama seseorang yang dicintai. Semestinya, Tuan Effendi yang mengisi di posisi Imam. Sayang, ayah kandungnya itu tak pernah punya waktu.
Tak hanya Calvin yang bahagia. Dokter Rustian ikut bahagia. Dokter penyuka puisi itu seakan menemukan secercah cahaya lembut di tengah kehidupannya yang sunyi. Lama hidup tanpa istri dan jauh dari putrinya membuat hidupnya berselimut sepi. Kedatangan Calvin memberi warna baru.
** Â Â Â
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku
Sejauh ku melangkah