Sejurus kemudian ia kembali melajukan mobilnya. Menaikkan kecepatan, menjadi 100 km/jam. Mungkin sedikit mengebut bisa meringankan perasaan. Adu cepat dengan sedan putih dan pick up di dekatnya. Menyelip ambulans. Mendahului beberapa kendaraan lainnya. Menyetir sejauh-jauhnya dari rumah, tidak peduli kesehatannya memburuk, adalah bentuk pelampiasan Calvin. Sampai akhirnya...
Brak!
Alphardnya menabrak bagian belakang sebuah Rush biru gelap. Jantung Calvin bagai berhenti berdetak. Cepat-cepat ia turun dari mobil. Pada saat nyaris sama, pengendara Rush membuka pintu pengemudi.
"Maaf...maafkan saya. Saya tidak sengaja," sesal Calvin.
Si pengendara Rush mengangkat wajah. Tertatap oleh Calvin seraut wajah yang sangat dikenalnya. Wajah familiar. Seorang dokter setengah baya berwajah baik, masih mengenakan jas putih.
"Dokter Rustian?"
"Calvin...kamu baik-baik saja, Nak?"
Tak ada gertak kemarahan. Tak ada protes keras karena mobilnya ditabrak. Hanya wajah cemas, sikap penuh perhatian, dan suara lembut.
"Saya baik-baik saja. Tapi mobil Anda..."
"Tidak apa-apa Nak, tidak apa-apa." Dokter Rustian berkata menenangkan. Menepuk lembut pundak Calvin.
"Saya menyesal. Maafkan saya. Berapa ganti ruginya?" tanya Calvin penuh rasa bersalah.