Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Rumah Kedua

6 Maret 2018   05:53 Diperbarui: 6 Maret 2018   05:59 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Boleh. Kita jamaah saja. Kebetulan saya juga belum shalat." ajak Dokter Rustian.

Kehangatan menyelimuti hati Calvin. Inilah yang dicarinya. Seharusnya tugas ini dilakukan Papanya. Nyatanya, Dokter Rustianlah yang mengambil alih.

Mereka shalat berjamaah. Dokter Rustian menjadi Imam. Al-Fatihah dan ayat ke-184, 185, dan 186 Al-Baqarah di rakaat pertama. Dilanjutkan Ar-Rahman di rakaat kedua. Calvin tak keberatan ayah keduanya membacakan surah yang agak panjang. Meski punggung dan perut bagian bawahnya terasa sakit di rakaat kedua, tapi ia masih kuat berdiri dalam waktu cukup lama.

Nikmatnya beribadah bersama orang terdekat. Manisnya lebih terasa. Andai saja setiap saat bisa begini. Bahagia rasanya shalat berjamaah bersama seseorang yang dicintai. Semestinya, Tuan Effendi yang mengisi di posisi Imam. Sayang, ayah kandungnya itu tak pernah punya waktu.

Tak hanya Calvin yang bahagia. Dokter Rustian ikut bahagia. Dokter penyuka puisi itu seakan menemukan secercah cahaya lembut di tengah kehidupannya yang sunyi. Lama hidup tanpa istri dan jauh dari putrinya membuat hidupnya berselimut sepi. Kedatangan Calvin memberi warna baru.

**      

Ada cinta yang sejati

Ada sayang yang abadi

Walau kau masih memikirkannya

Aku masih berharap kau milikku

Sejauh ku melangkah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun