Sejurus kemudian Calvin melepas pelukannya. Ia mengluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin yang telah lama disiapkan. Berlutut di depan Silvi, memegang tangannya, lalu berbisik penuh ketulusan.
"Silvi, will you marry me?"
** Â Â Â Â
Pernikahan Calvin dan Silvi jauh lebih mewah dan eksklusif dibandingkan pernikahan Sarah dan Yogi. Pernikahan yang sangat tertutup. Resepsi berbalut kemewahan, namun terbatas hanya untuk keluarga inti dan teman-teman terdekat.
Selanjutnya honeymoon keliling Eropa. Inggris, Jerman, Prancis, Swiss, Belanda, Belgia, dan Italia mereka datangi. Benar, Silvi pulang ke tanah air keduanya. Bertemu pria-pria dan wanita-wanita bermata biru seperti dirinya. Ia pulang ke tanah air kedua bukan untuk belajar, melainkan untuk menikmati kebahagiaan bersama pria pendamping hidupnya.
Mereka yang sabar dan ikhlas pastilah akan mendapat gantinya. Allah tak pernah ingkar janji. Silvi mendapatkan ganti yang jauh lebih baik dan membahagiakan. Kini ia resmi dinikahi seorang pengusaha kaya yang rupawan, saleh, baik hati, dan penyayang. Beruntungnya Silvi memiliki suami sesempurna Calvin.
Usai honeymoon, hari-hari indah mereka lewati. Walau disibukkan dengan studi dan pekerjaan, keduanya tetap meluangkan waktu bersama. Calvin tetap konsisten dengan janjinya: tidak "menyentuh" Silvi. Justru ia selalu menjaga, memahami, dan menyayanginya. Calvin adalah mata untuk Silvi.
Keikhlasan Silvi berujung manis. Wanita yang baik akan mendapat pria yang baik. Hal itu benar.
Calvin lebih dari sekadar baik untuknya. Perfect, satau kata yang tepat untuknya. Selalu ada di samping Silvi, memahami dirinya, membacakannya buku, menemaninya, dan melakukan banyak hal agar Silvi bahagia.
"Calvin, you know I love you." Silvi mengungkapkan perasaannya malam itu.
"I love you more," bisik Calvin. Mencium kening istrinya.