Baiklah. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Di tempatnya berdiri, Adica kesal bercampur gemas melihat tingkah kakak sulungnya dan gadis charming itu. Munafik sekali bila si gadis tak mengaku cinta, pikirnya geregetan. Sudah jelas mata Silvi memancarkan sorot lain. Mata adalah jendela hati.
Calvin menggandeng tangan Silvi. Mengajaknya ke studio musik. Mereka bisa bernyanyi dan bermain musik sepuasnya di ruangan kedap suara itu.
Keduanya duduk bersebelahan di kursi depan grand piano. Sesaat saling pandang, mereka tahu lagu apa yang ingin dimainkan. Perlahan, jari-jari Calvin dan Silvi menyentuh tuts piano. Menyuarakan pikiran yang sama tanpa kata.
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku
Desiran halus merayapi jiwa. Silvi kagum. Ternyata suara Calvin tak hanya bagus saat bercerita saja, melainkan pula saat bernyanyi. Suara Calvin memang bagus.
Sejauh ku melangkah
Hatiku kamu
Sejauh aku pergi