Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Akankah Kau Melupakanku?

17 Januari 2018   05:56 Diperbarui: 17 Januari 2018   06:00 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selesai Tahajud, Calvin tak langsung tidur. Ia menulis artikel. Membaca beberapa referensi sebelumnya. Lalu mulai menulis tentang intuisi dari sudut pandang sains. Ulasan menarik.

Silvi tertidur di sofa. Tak tega, Calvin menggendongnya ke kamar. Membaringkannya, lalu menyelimutinya dengan lembut. Kemudian meneruskan tulisannya. Menayangkannya di media jurnalisme warga itu, dan selesailah sudah.

Waktu Subuh tiba. Shalat berjamaah di masjid lebih utama bagi kaum pria. Tanpa membuang tempo, Calvin bergegas ke masjid yang terdekat dengan rumahnya.

Ada yang unik. Masjid ini berada di antara gereja dan vihara. Satu gereja, satu masjid, satu vihara. Berdiri akrab, berjejer mesra, harmonis tanpa konflik. Bentuk toleransi yang indah.

Lucunya, Calvin sering dikira akan masuk gereja atau vihara. Orang-orang menatap heran ketika ia melangkahkan kaki ke dalam masjid. Penjaga gereja dan penjaga vihara terheran-heran. Membulatkan mata dan bibir mereka.

Tak cukup sampai di situ saja. Calvin serasa dirinya alien atau manusia dari bulan sewaktu menginjakkan kaki di dalam masjid. Pasalnya, ia ditatap aneh oleh jamaah lainnya.

"Calvin, kamu di masjid juga? Ngapain? Lagi nunggu orang ya?" panggil salah satu jamaah yang kebetulan mengenalnya.

"Nggak kok. Saya mau shalat," jawab Calvin santai.

Tatapan aneh kembali dilayangkan. Calvin mulai kebingungan. Memangnya dirinya separah itu sampai-sampai dianggap aneh saat akan shalat berjamaah di masjid?

Iqamat dikumandangkan. Shalat berjalan khusyuk. Setelah shalat Subuh, Calvin menuntaskan misi kecil yang ingin dilakukannya pagi ini: berbagi.

Tanpa mobil, tanpa jas dan setelan eksekutif yang mewah, Calvin yang tetap tampan dengan mengenakan pakaian apa pun itu mulai beraksi. Ia menyusuri jalan, membagi-bagikan makanan pada pengemis, anak jalanan, pemulung, penyapu jalan, penarik becak, dan para penjaga ketiga rumah ibadah. Langsung saja aksinya menarik perhatian banyak orang. Bagaimana tidak, ada pria rupawan berparas oriental dengan bekas air wudhu yang masih terlihat jelas di dahi dan ujung rambutnya, sibuk berbagi makanan di pagi hari. Memberikan sarapan gratis pada orang-orang yang membutuhkan. Para pria boleh iri, para wanita meleleh hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun