Belum sempat Silvi menjawab. Calvin sudah beranjak bangkit, lalu kembali ke dalam rumah lewat pintu samping. Sesaat kemudian ia kembali membawa secangkir teh hangat.
"Earl Grey kesukaanmu." ucapnya disertai senyuman lembut.
Disodorkannya cangkir kristal itu. Gugup bercampur ragu, Silvi menerimanya.
"Kamu selalu ingat kesukaanku, Calvin." bisik Silvi.
"Always..." Calvin balas berbisik, tepat di telinga Silvi.
Seperti ada jutaan sayap kupu-kupu cantik yang menggelitik hatinya. Turun ke dada, lalu menari di perutnya. Sensasi aneh, tapi menyenangkan.
"Izinkan aku tinggal di sini selama beberapa hari...please." Silvi memohon setelah meneguk tehnya beberapa kali.
"Ok. Kalau boleh aku tahu...ada apa? Kenapa kamu tidak betah di rumahmu?"
"Calvin, akhir pekan ini Sarah akan datang bersama laki-laki itu."
Kesedihan di mata Silvi, nada suaranya yang berubah sendu, dan sorot matanya yang meredup, Calvin paham seketika. Ia tahu persis alasan gadis itu enggan pulang ke rumah.
"I see. Makanya itu kamu tidak mau pulang?" tebak Calvin.