"Laa illaha illa anta...subhanaka...inni kuntu minnadzalimin." lirih Calvin.
Ia berdoa. Berdoa agar dirinya dikuatkan. Sakit ini mengisap separuh kekuatannya. Sakit yang membuatnya tersiksa. Kanker darah memang kejam. Kejamnya Leukemia, bisa membuat hidup penyintasnya amat menderita.
Tak ingin menyerah dengan rasa sakitnya, Calvin membaca ayat ke-80 Asy-Syu'araa. Entah mengapa ayat itulah yang terlintas dalam ingatannya. Allah mengingatkan, Dialah yang memberikan penyakit dan Dialah yang menyembuhkan. Calvin percaya sepenuhnya. Tak hanya menghafalkan ayat itu di luar kepala, namun meyakini dan mempercayainya.
Beberapa asisten rumah tangga dan dua orang perawat yang berjaga di rumah itu bergegas datang. Cemas melihat kondisi Calvin. Menyesali karena melanggar peringatan Adica. Bukankah Calvin harus selalu berada dalam pantauan? Berjaga-jaga bila terjadi sesuatu.
Salah seorang suster menyuntikkan sesuatu ke lengan Calvin. Menanyainya dengan lembut. Memastikan Calvin tak lagi merasakan sakit.
Sakit di tubuhnya hilang. Sakit di hatinya datang sesaat kemudian. Smartphonenya membunyikan notifikasi. Kiriman foto dan video dari orang kepercayaannya. Di bawah sebuah foto, terdapat caption berisi:
"Sabar ya, Tuan. Nyonya Rossie mungkin menguji kesabaran Anda."
Dalam foto-foto itu, terlihat Rossie bersama Reinhard. Berjalan bergandengan tangan menuju mobil, makan siang di taman, dan bermesraan di depan gerbang taman. Hati Calvin berdenyut sakit. Pedih, pedih sekali melihat istri cantiknya bersama yang lain.
Video ia buka. Ternyata berisi rekaman saat Rossie membuang lunchbox yang dikirimkan Calvin untuknya. Ternyata lebih sakit lagi melihatnya. Rossie tak menghargai pemberiannya, malah berduaan dengan laki-laki lain. Laki-laki pelukis masa lalu.
Dalam hati, Calvin beristighfar. Memohon dikuatkan sang Illahi. Perihnya hati melihat istri yang begitu dicintai bermain ke lain hati.
"Tuan, Tuan Calvin kenapa?" tanya salah seorang suster dengan cemas. Menatapi wajah Calvin yang bertambah pucat.