Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelopak Bunga yang Belum Mekar (3)

14 Januari 2018   06:42 Diperbarui: 14 Januari 2018   10:10 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jeda sejenak. Sepasang mata sipit Calvin bertemu sepasang mata hazel Rossie. Menantinya, dengan sabar.

"...Kita gunakan rumah ini untuk bisnis dayCare."

"DayCare?" ulang Calvin.

"Iya. Kenapa? Kamu keberatan? Kalau keberatan, ya sudah. Kita cerai saja."

"Bukan, bukan. Sama sekali bukan...mengapa harus dayCare? Kalau kamu ingin punya anak, kalau kamu ingin merasakan bagaimana mengurus anak, kita bisa adopsi."

Rossie tertawa sinis. "Sekalian saja rumah ini jadi panti asuhan. Kan aku bilang, aku tidak hanya ingin tinggal berdua dengan pria seperti kamu di rumah seluas ini. Aku ingin rumah kita ramai dipenuhi anak-anak. Rumah kita selalu diisi tawa ceria banyak anak. Kalau kita buka kindergarten, anak-anak takkan full time stay di sini. Sebaliknya, kalau kita buka dayCare, rumah kita akan ramai oleh anak-anak sepanjang hari. Itu yang kuinginkan."

"I see. Jika itu yang kamu inginkan, aku setuju. Apa pun akan kulakukan asal kamu bahagia, Rossie."

"Bagus. Kita tak usah mengambil keuntungan dari bisnis ini. Anggap saja sebagai project sosial. Toh lini bisnis kita sudah banyak."

Calvin mengerti arah pemikiran istrinya. Ide menarik dan brilian. Menjadikan rumah mereka sebagai dayCare. Socialpreneur, profitnya bukan uang. Tetapi pahala berlimpah dari Allah.

"Iya, Rossie. Bagaimana kalau profit dari bisnis dayCare kita sumbangkan ke yayasan anak-anak penderita kanker?" usul Calvin.

"Good idea. Ternyata pemikiran kita sama." Rossie tersenyum. Senyuman tipis, sangat tipis. Namun senyuman itu untuk Calvin. Hanya untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun