Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, "Prince Charming"

2 Januari 2018   05:53 Diperbarui: 2 Januari 2018   07:54 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria yang baru saja turun dari Mercy milik si pangeran es itu mendekati Calvin. Menatap cemas wajah piasnya. Mengamati perut bagian bawah Calvin.

"Tuan...Tuan tidak apa-apa? Tadi saya kira Tuan Muda Anton." tanya pria setengah baya itu seraya membantu Calvin agar tetap berdiri.

"Saya tidak apa-apa. Terima kasih," jawab Calvin menenangkan.

"Oh begitu. Tuan ini apanya Non Silvi ya?"

Entah Calvin menjawab apa. Ingin sekali ia jawab, dirinya adalah Prince Charming untuk Silvi. Namun, hadirnya Anton membuat segalanya bertambah runyam. Sebenarnya, siapakah yang layak menjadi Prince Charming? Raden Anton Nicholas Surya van Dijk ataukah Calvin Wan?

"Dor!"

Seseorang memukul punggungnya keras-keras. Sengaja betul mengagetkannya. Calvin memutar tubuh, mendapati Adica berdiri di belakangnya. Tersenyum tanpa dosa. Anak ini benar-benar keterlaluan. Bisanya membuat keributan saja.

"Hayooo...Silvi pilih siapa?" Adica menyeringai lebar, menunjuk-nunjuk Calvin.

"Ehm...Silvi pilih yang bawa Mercy atau yang bawa Alphard ya? Pilih yang datang sama supir pribadi atau yang nyetir sendiri ya?"

Makin kelewatan Adica. Calvin tetap sabar. Ia menundukkan wajah, enggan menatap adiknya.

"Silvi suka dim sum atau Erwtensoep ya?" Sekali lagi Adica menggoda kakaknya, menyebut sup kacang khas Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun