Belum sempat Silvi menjawab, deru mobil memecah keheningan malam. Sebuah Mercy menepi, berhenti tepat di depan Alphard milik Calvin. Dua kendaraan mewah itu terparkir manis di depan rumah Princess Silvi.
Pintu mobil terbuka. Sekilas Calvin melirik mobil mewah itu. Platnya AD. Jelas bukan dari kota bunga ini. Melainkan dari kota batik dan kota budaya jauh di sana.
Seorang pria tampan berpostur atletis dan berkemeja grey turun dari mobil. Berjalan tegap memasuki halaman, satu tangannya membawa paperbag. Gurat keletihan tersamar di balik senyum tipisnya. Pria cool yang sangat charming, lembut namun tetap maskulin.
"Anton! Masya Allah...laa illaha ilallah, kamu datang?"
Tak sengaja Calvin terdorong minggir. Silvi berlari dengan lengan terentang. Meelempar diri ke pelukan pria tampan berkemeja grey itu.
Sepasang sepupu jauh itu berpelukan. Lengan Silvi melingkar mesra di leher pria yang tergolong priyayi Mangkunegara itu. Anton mengelus-elus rambut Silvi dengan lembut.
"Apa kabar, Princess?" tanyanya.
"Yah...not too bad. Kamu?"
Dari sudut mata, Calvin memperhatikan kedekatan mereka berdua. Hatinya berdenyut perih. Cemburu? Inikah pria bergelar Raden dan berdarah biru yang sering diceritakan Silvi?
** Â Â Â
Aku tahu dirimu kini