"By the way, kenapa Silvi tidak datang menjengukmu?"
Pertanyaan sulit. Tak ada jawabannya. Calvin terdiam, konsentrasinya tetiba saja pecah.
"Mungkin dia lebih memilih pangeran es itu dari pada kamu." Adica berkata dengan nada tenang, ingin tahu reaksi Calvin.
"Asal kamu tahu saja. Kebanyakan priyayi nikahnya sama priyayi lagi. Pilihannya memang terbatas, apa lagi macam Silvi dan pangeran esnya itu. Lihat dirimu, Calvin. Lihat keluarga kita. Ok fine, keluarga kita terhormat. Keluarga kita terpandang dan kaya. Tapi tidak ada darah birunya. Susah, Calvin. Sangat susah."
Realistis juga. Hal itu benar. Walau terkesan konservatif, tetap saja masih ada sebagian kecil yang mempermasalahkan status darah. Sayangnya, Calvin tak memiliki setetes pun darah biru. Ia bukan Andi, bukan Tubagus, bukan Raden, bukan pula bangsawan dari ras lainnya. Hanya anggota keluarga berdarah campuran yang kebetulan sangat kaya.
"Kemungkinannya sangat kecil, Calvin. Kecuali bila Silvi benar-benar mencintaimu. Jika benar dia mencintaimu, kamu pun bisa jadi Prince Charming. Prince Charming yang menikahi putri cantik yang istimewa."
Pertanyaan besarnya kini adalah, Calvin Wan ataukah Raden Anton Nicholas Surya van Dijk yang akan menjadi Prince Charming itu?
** Â Â Â Â
https://www.youtube.com/watch?v=0Y1_3MHeK-w
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H