Pria yang baru saja turun dari Mercy milik si pangeran es itu mendekati Calvin. Menatap cemas wajah piasnya. Mengamati perut bagian bawah Calvin.
"Tuan...Tuan tidak apa-apa? Tadi saya kira Tuan Muda Anton." tanya pria setengah baya itu seraya membantu Calvin agar tetap berdiri.
"Saya tidak apa-apa. Terima kasih," jawab Calvin menenangkan.
"Oh begitu. Tuan ini apanya Non Silvi ya?"
Entah Calvin menjawab apa. Ingin sekali ia jawab, dirinya adalah Prince Charming untuk Silvi. Namun, hadirnya Anton membuat segalanya bertambah runyam. Sebenarnya, siapakah yang layak menjadi Prince Charming? Raden Anton Nicholas Surya van Dijk ataukah Calvin Wan?
"Dor!"
Seseorang memukul punggungnya keras-keras. Sengaja betul mengagetkannya. Calvin memutar tubuh, mendapati Adica berdiri di belakangnya. Tersenyum tanpa dosa. Anak ini benar-benar keterlaluan. Bisanya membuat keributan saja.
"Hayooo...Silvi pilih siapa?" Adica menyeringai lebar, menunjuk-nunjuk Calvin.
"Ehm...Silvi pilih yang bawa Mercy atau yang bawa Alphard ya? Pilih yang datang sama supir pribadi atau yang nyetir sendiri ya?"
Makin kelewatan Adica. Calvin tetap sabar. Ia menundukkan wajah, enggan menatap adiknya.
"Silvi suka dim sum atau Erwtensoep ya?" Sekali lagi Adica menggoda kakaknya, menyebut sup kacang khas Belanda.