Sungguh, kata-kata itu menghanyutkan mereka dalam kesedihan. Meski sakit parah, Calvin tetap saja memikirkan orang lain. Bukannya memikirkan diri sendiri, ia malah memprioritaskan orang lain.
"Siapa juga yang akan menjaga Syahrena, putriku dan Silvi?"
"Calvin, please. Jangan lakukan itu. Kamu pasti sembuh!" kilah Albert.
"Tidak. Aku harus mencari mata untuk Silvi. Mencari ayah pengganti untuk Syahrena." Calvin berkeras dengan keinginannya.
Kristal-kristal bening jatuh membasahi pipi Syifa dan Nyonya Roselina. Albert menundukkan wajah. Elby tak tega memandang Calvin. Kemarahan di wajah Adica menghilang. Tergantikan kesedihan dan keharuan mendalam.
"Mama, Albert, Elby, Adica, dan Syifa. Tolong jangan beri tahu Silvi dan Syahrena tentang penyakitku." pinta Calvin.
"Kebahagiaan boleh dibagi-bagi, tapi kesedihan dan cobaan hidup terbesar cukup kurasakan sendiri."
** Â Â Â
Kapan lagi kutulis untukmu
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia