"Yups. Bener banget. Multitallented ya. Mahir modeling, pintar bisnis, bisa nulis lagi. Kurang apa coba? Sayang dia udah punya istri."
Di belakang wanita-wanita itu, terlihat seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tersenyum kecil. Sadar betul jika anak sulungnya tengah dijadikan objek pembicaraan.
"Calvin Sayang...kamu selalu membuat Mama bangga." bisiknya.
"Papamu pasti bangga juga."
Sayangnya, keterpesonaan mereka tak berlangsung lama. Sesuatu yang buruk telah terjadi. Di atas catwalk, Calvin menghentikan gerakannya. Bukan karena lupa, melainkan karena rasa sakit. Punggung dan perut bagian bawahnya terasa amat sakit. Sekuat apa pun Calvin mencoba, tetap saja ia tak bisa bergerak. Sakit ini serasa melumpuhkan.
"Calvin, are you ok?" tanya Albert, model berparas Kaukasoid itu cemas.
"Hei...ada yang salah? Kenapa Calvin kita yang biasanya tangguh ini?" timpal Elby, model berkulit eksotik.
"I'm ok..." Calvin susah payah menjawab pertanyaan Albert dan Elby.
Ia memaksakan diri menggerakkan tubuhnya. Di tengah gerakan koreografinya, tetiba Calvin terjatuh pingsan. Darah segar mengalir dari hidungnya.
Ruangan berbentuk oval itu gaduh seketika. Kepanikan menyusul, menyergap jiwa-jiwa yang awalnya dirasuki rasa kagum.
** Â Â Â