Mendengar itu, Tuan Calvin menepuk pelan puncak kepala Reinhart. Menit berikutnya pintu ruang rawat terbuka. Wahyu melangkah masuk dengan tergesa-gesa. Di tangannya terdapat paper bag berisi penuh makanan.
"Calvin? Alhamdulillah kamu sudah sadar," katanya, tersenyum lega. Meletakkan bawaannya di atas meja.
Sesaat Tuan Calvin menatap Wahyu. Sadar bila pria di masa lalu istrinya ini cukup baik. Nyonya Lola berkata meyakinkan.
"Wahyu memberikan darahnya untukmu, Calvin. Tanpa donor darinya, kamu takkan bisa menjalani operasi."
"Benarkah?"
Fakta ini mengejutkan. Namun Tuan Calvin percaya.
"Tante Lola, maaf. Jangan dibahas lagi. Saya ikhlas melakukannya. Saya takut riya'." Wahyu menimpali, merasa tak enak hati.
Ingatan Tuan Calvin kembali merekam perkataan terakhir Nyonya Calisa. Sebelum kondisinya drop, Nyonya Calisa berkata bahwa Wahyu bersedia mendonorkan hati untuknya. Semula ia ragu dan tak percaya. Tuan Calvin trauma mempercayai orang lain gegara syarat yang diajukan Syarif. Kini ia yakin tawaran itu tulus. Datangnya dari hati.
** Â Â Â
"Calisa, sekarang Hari Jumat kan?"
"Iya, Calvin. Tapi kamu masih sakit. Masih dalam masa pemulihan."