Saat tim medis keluar dari ruang operasi menjadi saat yang mendebarkan. Kecemasan terukir dalam di wajah mereka.
"Operasinya berhasil. Calvin sudah melewati masa kritisnya."
Kelegaan, ya hanya kelegaan. Sedetik kemudian rasa itu berganti kebahagiaan. Nyonya Lola dan Nyonya Calisa sujud syukur saat itu juga. Wahyu menggumamkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Reinhart dan Clara berpelukan. Bahagia sekali dengan berita ini. Ada banyak cara untuk mengekspresikan rasa syukur.
** Â Â Â
Hal pertama yang dilihatnya saat membuka mata sungguh indah. Orang-orang yang dicintainya berkumpul di sini. Ada Nyonya Calisa, Nyonya Lola, dan Clara. Bahkan ada Reinhart pula. Indah, ia suka itu. Mereka semua ada di dekatnya. Mendampinginya melewati masa kritis yang berat dan panjang.
"Calvin, kamu sudah sadar?" Nyonya Calisa bertanya lembut, menggenggam erat tangan Tuan Calvin.
"Calisa...semuanya sudah berakhir, kan?" lirih Tuan Calvin.
"Apa yang berakhir, Sayang?"
"Rasa sakit itu. Masa kritis itu."
Nyonya Calisa tersenyum lembut. "Sudah, Calvin. Kamu sudah melewatinya. Kamu kuat, sangat kuat."
Pujian itu menghangatkan hatinya. Ya, semuanya telah berlalu. Semoga tak perlu ada lagi rasa sakit itu.