"Aku tetap harus melakukannya, Sayang."
Wahyu menatap Nyonya Calisa tak mengerti. Apa yang sebenarnya mereka bicarakan?
"Kita berbagi minggu depan saja ya? Sekarang kamu fokus dengan kesehatanmu." bujuk Nyonya Calisa.
Bukannya terbujuk, justru sebaliknya. Tuan Calvin menatapi mata wanitanya. Tatapan lembut meneduhkan. Selalu saja Nyonya Calisa dibuat luluh karenanya. Refleks ia menundukkan wajah.
"Calisa, look at me." Satu tangan Tuan Calvin mengangkat lembut dagu istrinya.
Kembali lagi mereka berpandangan. Wanita blasteran Sunda-Belanda dan pria berdarah keturunan bertemu pandang. Hati keduanya bergetar hebat. Rasanya, mereka saling jatuh cinta setiap saat. Cinta seperti inilah yang takkan memudar ditelan kejenuhan.
"Bagaimana kalau ini Jumat terakhirku?"
"Oh Calvin, please...jangan katakan itu lagi." sergah Nyonya Calisa ketakutan.
"Itu hanya pengandaian. What if..."
"Calvin, stop. Baiklah, baiklah. Kita pergi sekarang. Aku..."
"Ehem!"