Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tanpa Batas

8 Agustus 2017   08:07 Diperbarui: 9 Agustus 2017   00:20 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya punya masalah penglihatan...sama seperti anakmu itu." Refleks Chantika mencuri pandang ke arah pintu kaca yang menghubungkan ke kids club. Tempat Clara bermain bersama anak-anak lainnya. Tuan Calvin meminta Clara menunggunya di kids club selama sesi konsultasi.

"Seperti Clara?" ulang Tuan Calvin.

"Iya. Tak perlu saya sebutkan nama medisnya, kan?" Chantika melanjutkan lagi ceritanya.

"Kata dokter, kondisi syaraf mata dan pembuluh darah saya rawan pada tekanan. Intinya, tingginya tekanan selama proses persalinan akan berpengaruh buruk pada kondisi saya. Dokter sudah memvonis saya tidak akan bisa melahirkan."

Kesedihan terlukis sempurna di wajah Chantika. Tuan Calvin merasakan empati yang dalam. Sesaat ia teringat Clara. Akankah putri cantiknya bernasib sama saat ia tumbuh dewasa nanti? Tuan Calvin sudah divonis mandul, lantas bagaimana dengan putrinya?

"Saya memahami perasaanmu, Chantika. Yang harus kamu lakukan adalah memberi tahu Septian dan mencari jalan keluar. Saya akan bantu carikan solusinya. Tapi kamu sendiri yang harus membuka rahasia ini pada Septian." ujar Tuan Calvin lembut.

Sesi konsultasi berlangsung lancar. Chantika serasa menemukan harapan baru saat berbicara dengan Tuan Calvin. Ada kekuatan, empati, penghiburan, dan support yang tulus.

Di sisi lain, Tuan Calvin bahagia dan sedih di saat bersamaan. Bahagia karena bisa membantu Chantika. Sedih memikirkan dan mencemaskan kondisi Clara di masa dewasanya. Akankah Clara mengalami hal yang sama seperti Chantika? Benarkah Clara akan sulit memiliki keturunan seperti ayahnya?

**    

How many nights does it take to count the stars?

That's the time it would take to fix my heart

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun