"Calvin, kamu layak masuk kategori hot daddy." kata Nyonya Calisa.
"Oh ya? Sebenarnya, apa definisi hot daddy?" Tuan Calvin tergugah rasa ingin tahu.
"Hot daddy itu pria yang tidak hanya memberi nafkah untuk anaknya. Melainkan turun tangan secara langsung untuk merawat anak itu. Hot daddy takkan canggung memeluk, mencium, menyuapi, memandikan, dan mengajak bermain anaknya. Seperti yang sering kamu lakukan pada Clara." jelas Nyonya Calisa.
"I see..."
Dering ponsel memutus perbincangan mereka. Tuan Calvin lupa mematikan telepon pintarnya. Biasanya ia selalu mematikannya setiap kali bersama Clara dan Nyonya Calisa. Ternyata ada telepon.
"Selamat pagi. Maaf Calvin, saya Chantika. Bisa saya mengganggu sebentar?"
Sapaan seorang wanita yang ganjil. Tuan Calvin menahan keinginannya untuk tersenyum dan tertawa, lalu ia menyahuti.
"Sama sekali tidak mengganggu. Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya istrinya Septian. Boleh saya minta waktu buat sharing dan konsultasi?"
Pasti ini ada kaitannya dengan kasus infertilitas. Sebagai orang yang divonis mandul dengan faktor kemoterapi dan masalah kesehatan, Tuan Calvin tahu bagaimana rasanya. Ia tak memikirkan diri sendiri. Prinsipnya, jangan sampai apa yang ia alami menimpa orang lain. Alhasil ia membuat grup beranggotakan pria-pria yang mengalami masalah infertilitas seperti dirinya. Tuan Calvin memimpin grup itu. Merangkul anggotanya, mengajak mereka sharing dan terbuka soal masalah mereka, lalu mencarikan jalan keluar. Masalah infertilitas berbeda-beda pengobatannya. Tergantung faktor penyebabnya. Septian salah satu anggota grup itu.
Sulit bagi Tuan Calvin menolak permintaan orang lain. Ia pun setuju untuk bertemu sore ini. Setelah menyebutkan nama cafe dan jamnya, telepon diakhiri.