Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masa Lalu Takkan Membunuh Masa Depan

4 Agustus 2017   06:34 Diperbarui: 4 Agustus 2017   14:30 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sakit fisik dan sakit psikis bukan hal baru lagi untuk Tuan Calvin. Ia terbiasa merasakannya.

"Hei Calisa...yah, kamu datang lagi sama pria tak berguna ini. Kapan sidang cerainya? Nanti aku datang..." sapa salah seorang sepupu. Menepuk pundak Nyonya Calisa, tersenyum sinis pada Tuan Calvin.

"Jaga bicaramu. Sampai kapan pun, aku akan tetap bersama Calvin." Nyonya Calisa menautkan kedua alisnya. Marah lantaran suaminya dihina.

"Calvin kan mandul. Sakit-sakitan lagi. Kapan sembuhnya?" timpal sang sepupu sadis.

Gelas berisi jus apel di tangan Nyonya Calisa bergetar. Ia menatap sepupunya penuh kebencian. Pedih hatinya mendengar hinaan yang dilayangkan untuk Tuan Calvin.

"Dengarkan aku. Bagaimana pun kondisi Calvin, aku akan selalu di sampingnya. Hanya maut yang bisa memisahkan kami."

"Oh, kalo gitu...tunggu sampai kamu mati ya, Calvin? Pasien kanker cepat mati kok. Umurnya paling lama juga lima tahun."

Tuan Calvin sangat terpukul. Hatinya hancur. Seburuk itukah dirinya di mata keluarga Nyonya Calisa? Bukankah dulu dirinya dibanggakan, disayangi, dan dipuji? Cepat sekali situasi berbalik.

"Calisa...ada tamu spesial untukmu." panggil Nyonya Lidya senang.

Sebuah sedan hitam meluncur mulus memasuki halaman rumah. Pintunya terbuka, dan turunlah seorang pria dari dalamnya. Nyonya Calisa dan Tuan Calvin terperangah. Pria itu adalah masa lalu. Wahyu, cinta pertama Nyonya Calisa.

**      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun