“Aku selalu ada untukmu, Albert. Apa pun jawabannya, penilaianku padamu tidak akan berubah. Aku mencintai kelebihan dan kekuranganmu.”
**
Pesan itu tak disampaikannya. Ia justru mengingat awal-awal perkenalannya dengan sang belahan jiwa. Dulu, ia menyangka belahan jiwanya itu berdarah campuran. Blasteran tepatnya. Lucu juga bila mengingat saat-saat itu.
Tanpa terasa, ia tiba di rumah. Terlihat Mamanya sibuk dengan ponsel pintarnya.
“Hei...sini, Non. Kata Om Yazid, Lebaran tahun ini keluarga besar mau berkumpul di Bandung.” ujar Mama ceria.
“Oh ya? Bagus kalo gitu. Di rumah kita, kan?”
“Iya. Mereka sudah mempersiapkan semuanya. Insya Allah mereka akan datang tanggal 24 Juni, sehari sebelum Idul Fitri.”
Perfeksionis. Semuanya telah diatur dengan baik. Terencana dan sistematis. Benar-benar ciri khas keluarga besarnya.
“Kata Mama Lina, Vallen akan bertunangan Bulan Juli nanti. Mama akan membantu semua persiapannya. Mulai dari hantaran sampai acaranya. Tidak apa-apa kan, Gadisku?”
Sudah diduganya Mama akan melakukan hal itu. Mamanya tipe wanita yang sangat perhatian pada orang lain, khususnya keluarga. Acara lamaran keponakannya saja diperhatikan dan dipersiapkan dengan baik, bagaimana bila anakanya yang akan dilamar? Gadis itu kenal betul siapa Mamanya.
“Pasti Mama akan memberikan yang terbaik untuk membantu prosesi itu,” gumam gadis bermata biru itu.