Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Chika, Aku Tidak Bisa Melihat Wanita Menangis

23 Februari 2017   06:09 Diperbarui: 24 Februari 2017   00:00 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu keduanya telah sampai di jalan depan rumah Chika. Chika tersenyum kecil.

“Baru pertama kali, ya?” gumamnya.

“Iya.”

Mereka memasuki pekarangan rumah Chika yang mungil. Chika mengajak Albert masuk ke dalam.

“Albert, gimana kalo aku masak sesuatu buat kamu? Sebagai ucapan terima kasih...”

Selama ini, Albert telah banyak menolong Chika. Berawal dari perkenalan mereka satu setengah bulan lalu. Saat itu, Chika baru saja kehilangan keluarganya. Rumah mereka kebakaran. Albert menyelamatkan Chika dari musibah itu. Beberapa hari lamanya Chika tinggal di rumah Albert. Sayangnya, keluarga tak menyukai kehadiran gadis innocent itu. Tak ingin merusak keharmonisan antara Albert dan keluarganya, Chika memutuskan pergi. Albert tak membiarkan Chika pergi begitu saja. Ia mencarikan Chika pekerjaan. Memberikan rumah lengkap dengan perabotannya. Tiap kali kedua orang tuanya atau orang-orang suruhan orang tuanya berbuat jahat pada Chika, Albert selalu melindunginya. Albert selalu melindungi dan menyelamatkan Chika dari siapa pun yang mencoba berbuat jahat padanya.

Tak lama kemudian, mereka sudah berada di dapur. Albert berkeras membantu Chika. Gadis cantik itu berencana memasak nasi goreng. Masakan Chika sangat lezat. Albert selalu menyukainya.

“Sini, biar aku aja.”

Seraya berkata begitu, Albert mengambil pisau dan beberapa macam sayuran dari tangan Chika. Cepat memotong sayuran dengan pisaunya.

“Salah motongnya,” koreksi Chika. Tersenyum geli melihat cara Albert memotong-motong sayuran.

Akan tetapi Albert tak peduli. Tekadnya hanya ingin menolong Chika. Saat mengiris bawang, matanya terasa perih. Ia belum terbiasa. Melihat itu, Chika mengambil kembali pisau dan sayurannya dari tangan Albert.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun