“Iya. Coba kamu buka.”
Sepasang mata bening di balik kacamata minus persegi itu melebar tak percaya. Di dalam kotak itu, terdapat sebuah kamera. Kamera yang sangat diinginkannya.
“Saya tahu, kamu ingin jadi fotografer. Seperti saya. Well, kembar identik rupanya membawa sifat dan passion yang sama. Manfaatkan kamera itu, Albert Fast.”
Pria berkacamata itu tertegun. Menatap saudara kembarnya nanar. Beberapa jam lalu, ia berbuat jahat pada kembarannya. Namun kini, kejahatannya dibalas dengan kebaikan. Dibalas dengan pemberian yang sangat istimewa.
Tak banyak yang tahu jika fotografer dan CEO Bratawijaya Corp memiliki saudara kembar. Bahkan sepasang kembar identik itu mempunyai nama yang sama: Albert. Tepatnya Albert Fast dan Albert Arif. Hanya saja, keduanya terpisah dan memiliki nasib yang berbeda. Satu menjadi CEO dan hidup berlimpah kemewahan, satunya lagi hidup sangat sederhana. Bahkan bisa disebut kekurangan.
Hati pria berkacamata itu sedih sekaligus bahagia. Di saat frustasinya memuncak, di saat beban dan kesulitan hidup menghimpit kuat hingga ia terdorong mencuri foto-foto dari galeri kembarannya, justru kembarannya datang membawakan benda yang sangat diinginkannya. Beginikah rasanya punya saudara kembar? Saudara yang selalu menyayangi, memperhatikan, dan memahami kita apa adanya?
**
Cintaku tak terukur dalamnya
Pengorbananku tak ada habisnya
Apa lagi yang harus kulakukan
Tuk yakinkan hanya kaulah satu-satunya