Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saling Mengenali

19 November 2016   08:15 Diperbarui: 19 November 2016   09:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**    

Pasca pernikahan Rafly, Renna tenggelam dalam rutinitasnya sebagai perawat. Ia tak keberatan berjaga full time di rumah sakit. Cukup sering ia menggantikan tugas rekan kerjanya. Semuanya demi dua tujuan: move on dan mendedikasikan diri seutuhnya untuk pasien.

“Ya Allah, kuatkanlah hatiku. Bantu aku mengikhlaskan pria yang kucintai. Bantu aku melupakannya, hapuskanlah dia dari pikiranku.” Renna menutup shalatnya dengan doa. Bersimpuh memohon kekuatan dari Sang Illahi. Mengadukan kepedihan hatinya pada Dzat Pemberi dan Pemilik Kehidupan.

Usai shalat, ia bergegas kembali ke unit gawat darurat. Ia berpapasan dengan Tiwi. Dokter cantik itu nampaknya juga baru selesai shalat.

“Sore, Renna.” Sapa Tiwi hangat.

“Sore...” balas Renna.

“Well, adikku keras kepala. Seharusnya dia istirahat di ruang rawat. Tapi dia malah jalan-jalan ke depan rumah sakit. Astaga...” Tiwi mengungkapkan kekesalannya.

Renna tersenyum tipis. “Mungkin adiknya Dokter Tiwi bosan. Makanya dia cari suasana baru.”

Belum sempat Tiwi menanggapi, terjadi kegaduhan di ujung koridor. Derit brankar, suara tangisan, erang kesakitan, dan derap langkah sepatu. Tiwi dan Renna bergegas menghampiri keributan itu.

“Ada apa ini?” tanya Tiwi.

“Barusan ada tabrakan di depan rumah sakit. Antara minibus dan taksi. Mereka korban-korbannya.” Jelas salah seorang Suster seraya menunjuk beberapa anak kecil dan dua pria dewasa. Salah satu anak kecil di antaranya terluka sangat parah. Darah terus mengalir dari kepalanya. Anak perempuan yang tetap terlihat cantik meski terluka itu berada dalam pelukan sesosok pemuda bertubuh proporsional dengan wajah tampan dan sepasang mata teduh menenangkan. Pemuda itu memakai piyama rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun