"Hehehehe, anggap saja ini nostalgia waktu kita masih gembel dulu, Pi."
"Itukan dulu, Mi." Sahut Papi kesal. "Sejak Papi diangkat jadi Bendahara Partai, segalanya kan jadi berubah, Mi."
"Sekarang mau duit tinggal petik!, persis kaya rumput, habis dipetik, ehh dia tumbuh lagi." Kata Papi Parlente sombong.
"Buat orang kaya seperti kita ini apalah artinya buang duit sejuta dua juta sekali makan yang penting suasananya nyaman."
"Ya, sudah lah Pi, masa sih gara-gara kucing, Papi marah-marah melulu, hati-hati nanti bisa stroke."
Tiba-tiba saja ... Miiiaaauw, miiiaaaauw. Kucing kampung mengiba-iba lagi, menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki Papi Parlente.
"Kurang ajar!." Ditendangnya kucing itu hingga terpental beberapa senti.
"Braak!." Bunyi suara pistol Barreta 92 buatan Italia yang di gebrakkan di atas meja, sejenis pistol genggam yang suka dibawa oleh para pejabat atau anggota Dewan kita.
"Pelayaaaannnn!."
Pelayan tergopoh-gopoh diteriakki "orang penting" itu.
Sambil mengacungkan pistol genggamnya. "Kamu usir kucing itu!, kalau tidak bisa usir, bukan hanya kucingnya yang saya tembak tapi kamu nya juga!."