Mohon tunggu...
Kutu Kata
Kutu Kata Mohon Tunggu... -

No comment

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dihantui Roh Kucing

2 Mei 2012   16:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:49 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hehehehe, anggap saja ini nostalgia waktu kita masih gembel dulu, Pi."

"Itukan dulu, Mi." Sahut Papi kesal. "Sejak Papi diangkat jadi Bendahara Partai, segalanya kan jadi berubah, Mi."

"Sekarang mau duit tinggal petik!, persis kaya rumput, habis dipetik, ehh dia tumbuh lagi." Kata Papi Parlente sombong.

"Buat orang kaya seperti kita ini apalah artinya buang duit sejuta dua juta sekali makan yang penting suasananya nyaman."

"Ya, sudah lah Pi, masa sih gara-gara kucing, Papi marah-marah melulu, hati-hati nanti bisa stroke."

Tiba-tiba saja ... Miiiaaauw, miiiaaaauw. Kucing kampung mengiba-iba lagi, menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki Papi Parlente.

"Kurang ajar!." Ditendangnya kucing itu hingga terpental beberapa senti.

"Braak!." Bunyi suara pistol Barreta 92 buatan Italia yang di gebrakkan di atas meja, sejenis pistol genggam yang suka dibawa oleh para pejabat atau anggota Dewan kita.

"Pelayaaaannnn!."

Pelayan tergopoh-gopoh diteriakki "orang penting" itu.

Sambil mengacungkan pistol genggamnya. "Kamu usir kucing itu!, kalau tidak bisa usir, bukan hanya kucingnya yang saya tembak tapi kamu nya juga!."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun