Kabut, Angin, Air berpadu
"Air! Air! Ayo bergabung!"
Begitu kasat mata, lalu Air tergelak mendapati polah Kabut dan Angin yang begitu padu. Ha ha ha, kedua mereka itu selalu ada saja yang dipertunjukkan setiap kali bertemu.
"Kenapa kau turun cepat sekali, Kabut? Bukannya jadwalmu masih di akhir sore nanti?"
"Hai, kau tak menyapaku Air? Cuma si Kabuuut saja."
"Ah, Angin, aku pasti menyapamu. Aku kan hanya ingin tahu kenapa si Kabut mendadak turun."
"Ha ha ha iya.. iya.. jangan cemas lah, aku tak akan merajuk."
Kabut berdiam sebentar. Mendarat dan Angin ikut menghampiri Air. Kabut memperlihatkan pesan yang bertanda nama Papandayan. Tampaknya Air segera paham, tampak tak ingin bertanya lagi. Ini sudah bukan rahasia. Dalam hatinya Air berketetapan harus tetap bersikap netral, tak boleh sampai menyakiti atau terkesan berpihak pada Papandayan atau malah Mata Angin.
"Kau menjalankan tugasmu, Kabut. Aku ya pasti turut. Lalu bagaimana dengan, Angin? Aku tak akan menyalahkan jika kau ingin melindungi gadis itu.", Air pun turut memperlihatkan pesan yang disampaikan Matahari melalui Awan sebelum kedatangan mereka.
"Mata Angin tak pernah meminta diistimewakan, kita semua tahu itu. Jadi, aku tetap mengiringi kalian turun. Selama dia tak tampak terancam tercelakakan seperti kejadiannya dengan Kabut berwaktu-waktu lalu, aku tak akan mengistimewakan siapa pun. Aku menjalankan bagianku saja."
"Demi Mata Angin ya?"