Mohon tunggu...
Ayu Wulandari
Ayu Wulandari Mohon Tunggu... -

Senang mengamati. Itu saja ^__^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Papandayan, Kapankah Kau Akan Membukakan Pintu?

7 Mei 2011   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:59 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kabut angkat sauh

Aku menduga kali ini akan sama saja dengan hari-hari sebelumnya. Papandayan senang menjadwalkan kapan waktunya aku turun dan kapan pula waktunya aku menjauh. Meski pun ia suka ketenangan, jauh di lubuk hatinya ia pun senang punya banyak penggemar. Hingga aku sangat paham jika ia berniat menyambut baik pengunjungnya dan memintaku bertahan dalam sarangku barang setengah hari atau malah di dua per tiga hari terang.

Kau harus turun dengan segera! Matahari mengabarkan si Mata Angin akan datang. Aku tak harus menjelaskan panjang lebar bukan? Kau harus turun dengan segera!

- Papandayan
Wah, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba sekali? Bukannya hari ini aku sudah semestinya turun di akhir sore nanti? Kenapa tiba-tiba Papandayan berubah pikiran?? Ini belum masuk waktu sore. Coba aku baca sekali lagi isi pesan yang ia kirimkan barusan tadi.

Kau harus turun dengan segera! Matahari mengabarkan si Mata Angin akan datang. Aku tak harus menjelaskan panjang lebar bukan? Kau harus turun dengan segera!

- Papandayan
Oh, perihal Mata Angin rupanya. Masih saja. Ternyata masih saja Papandayan menyimpankan ingatan yang sama tentang Mata Angin dikehidupannya yang terdahulu. Padahal Mata Angin di kehidupan kini sangatlah menyenangkan, bukan? Meski dia masih tetap pada sikapnya. Meski dia masih tetap setia pada Laut. Hemh, ya ya, sudahlah ini susah. Harus diakui inilah dampak lain dari sebentuk Cinta, tak bisa berharap perlakuan dan cara menghadapi yang sama.

"Lakukan saja tugasmu, Kabut. Mata Angin tak akan kenapa-kenapa."

"Argh! Angin! Kau mengejutkanku!"

"Ha ha ha.. maaf.. maaf, sobat."

"Huh! Sudah.. sudah. Tolonglah kau jangan mengganggu dulu. Ayo bantu aku. Papandayan mendadak mengganti jadwalku turun!"

"Oh ya? Hem, berarti tepat seperti kata Matahari."

"Matahari? Hei, ada apa ini? Kenapa aku bisa-bisanya tak tahu??"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun