Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... -

semuanya adalah tentang rasa lelah dan jenuh. khayalan yang terlalu sayang untuk hilang begitu saja.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Apel

27 Agustus 2015   19:53 Diperbarui: 27 Agustus 2015   19:53 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac


“Kamu memang menakutkan bagi iblis-iblis itu tapi, tidak dengan aku,” ucapnya coba menghiburku.


“Apa tidak masalah aku menghisap darahmu tadi? Apa kamu sakit?” tanyaku cemas menanti leher Bima.


“Aku menikmatinya. Aku suka kamu mengendus leherku karena aku...” ucapnya tiba-tiba berhenti.


“Aku akan mengabdikan diriku untukmu! Setiap kali kamu akan menggunakan kekuatanmu maka kamu harus menghisap darahku. Itu sudah ketentuannya tapi, jangan salah paham! Aku hanya menjalankan tugasku,” ucapnya sembari menutup telinganya.


Aku menyentuh dadanya dengan berdebar. Kurasakan degupannya berdetak terlalu cepat hingga memacuku berdebar dengan cepat juga. Aku merasakan keindahannya, kupeluk ia dengan erat.


“Hatimu berdebar! Tapi, semakin kamu menutup telingamu maka debaran itu akan semakin kencang terdengar. Berhentilah menutup telingamu,” ucapku sembari melepasnya dan bergegas menuju gua kapur itu. Aku kembali duduk di dekat perapian itu. Kulihat Bima masuk dan kembali menutup pintu gua itu.


“Bima, bolehkah aku menanyakan sesuatu?” ucapku dengan sedikit canggung.


“Tanyakanlah! Maaf karena aku tidak memberi tahumu apa-apa,” ucapnya sembari duduk di seberang api itu.


“Apa maksud dari semua yang aku dapatkan ini? Sayap, kekuatan, menghisap darah. Aku masih bingung,” aku mendesah ragu.


“Semua itu kamu dapatkan karena kamu terpilih. Tugas kamu adalah melindungi tempat ini, taman keabadian. Kamu akan melawan iblis-iblis seperti tadi yang jumlahnya tidak sedikit. Kita berdua adalah generasi selanjutnya yang akan melindungi tempat ini. Hanya kita berdua!” ucapnya terpotong.


“Aku sangat bersyukur kamu ada di sini, aku merasa senang ketika melihatmu terdampar. Aku tidak sendirian lagi,” lanjutnya.
“Mengapa aku yang dipilih?” tanyaku penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun