Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... -

semuanya adalah tentang rasa lelah dan jenuh. khayalan yang terlalu sayang untuk hilang begitu saja.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Apel

27 Agustus 2015   19:53 Diperbarui: 27 Agustus 2015   19:53 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac


“Hahaha... hanya seperti itu kemampuan titisan bulan. Sangat buruk!!” iblis itu mendekat ke arahku. Ia kembali melontarkan bola api itu ke arahku, aku benar-benar takut dan hanya tertunduk.


Arggghhh!!
Suara itu membuat mataku terbuka, wajah Bima tepat di hadapanku. Kulihat sayapnya melindungiku dari api-api yang terus saja terlontar. Aku melihatnya kesakitan.


“Ayo hisap darahku! Aku tak akan bertahan lama lagi melindungimu seperti ini. Kamu harus bangkit” ucapnya menahan sakit.


“Mana mungkin! Aku ini bukan vampir. Aku tidak menghisap darah!” ucapku panik melihat api itu semakin bertubi-tubi.
Bima memelukku dan membuat kepalaku tepat di lehernya. Kepalaku mendadak pusing, gigiku mulai bertaring. Aku menggigit bibirku sendiri untuk menahannya.


“Tidak a-pa-apa, lakukanlah ku mohon. Aku sudah tidak kuat lagi. Argghhh!” Bima membelaiku dengan hangat, ia sangat kesakitan. Dengan gemetar aku mendekatkan gigi taringku ke lehernya, aku meminum cairan merah kental itu. Seketika aku bangkit dan terbang dengan gesitnya.


Iblis itu menjajakiku dengan api. Aku hanya menjulurkan tanganku ke arah iblis itu dan ajaib, tanda bulan sabitku bersinar dan mengeluarkan kristal-kristal es runcing. Kristal es itu mengenai tepat di pusat jantung iblis, seketika iblis itu terbakar dan lenyap. Bergegas aku menghampiri Bima yang tergeletak dengan sayap terbakar itu.


Aku memeluk Bima dan seketika sayap-sayapnya menghilang. Aku tidak tahu harus melakukan apa hingga akhirnya bintang-bintang di langit membentuk tulisan tentang bagaimana cara menyembuhkan Bima. Aku segera melakukan instruksi langit itu.
Kuangkat laut dan membungkuskannya ke tubuh Bima, air itu seperti jeli yang membawa Bima melayang. Mulutku terbuka lebar takjub dengan sihirku. Sekarang kuhadapkan tanganku menuju tubuh Bima yang lunglai tertutup matanya, cahaya memancar dari tanganku membias air yang membalut sekujur tubuh Bima. Airnya menghilang dan Bima pun tersadar.


“Selamat!” ucapnya tersenyum simpul.


“Aku? Untuk apa?” tanyaku sedikit linglung.


“Karena kamu sudah bisa mengendalikan kekuatanmu,” ucapnya mengusap kepalaku.


“Tapi.. Sebenarnya aku ini apa? Kenapa aku menghisap darah? Aku ini menakutkan.” Ucapku tertunduk dengan tangis. Bima membalasku dengan pelukan itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun