“Karena kamu selalu merasa kesepian, aku juga selalu merasa kesepian. Aku sering melihatmu berdiri di depan kaca sambil berbicara dengan gambarmu karena itulah aku rasa kamu cocok menjadi partnerku. Aku selalu menunggumu mati dan waktu itu terjadi. Bom yang meledak layaknya kembang api itu telah membawamu ke sini,” jelasnya.
“Aku sudah mati?” tanyaku kaget.
“Iya. Kau sudah bukan manusia lagi,”
“Aku mati? Tidak mungkin!!” elakku.
Aku benar-benar tak percaya dengan semua cerita ini. Walaupun demikian, hari-hariku memang telah berbeda sekarang ini. Aku terus bersama Bima dan melawan iblis-iblis yang tiap hari bermunculan dan berusaha merusak tempat ini. Berkali-kali aku menghisap darah Bima dan bertarung bersamanya. Aku bahkan selalu membaca kitab-kitab kuno untuk mengetahui semua kebenaran yang terjadi di sini. Aku benar-benar sudah mati.
Aku tak pernah diperbolehkan ke bumi untuk melihat keluargaku. Aku hanya bisa melihatnya dengan bantuan mutiara hitam yang terdapat di gua kapur tempatku tinggal. Bima yang selalu menemaniku ke mana pun aku pergi. Bahkan kami sudah menjalin hubungan cinta, cinta kami berbeda dari manusia. Kami selalu memiliki dan tak pernah mengubah perasaan kami.
Suatu hari aku benar-benar depresi karena menginginkan buah kesukaanku di bumi. Apel. Bima terus berusaha mencarikan buah kenikmatan itu di tempat abadi ini tapi percuma, ia tak pernah menemukannya untukku. Hingga hari itu keajaiban datang. Aku menemukan pohon buah apel saat aku dan Bima kelelahan akibat bertarung. Bima memetiknya untukku dan kumulai dengan satu gigitan. Aku muntah.
Apel ini benar-benar tidak seenak apel di bumi. Aku sekarang sadar kalau aku bukan lagi manusia. Aku harus berjuang keras melindungi tempat ini dan di sini tidak mudah. Bahkan untuk menikmati apel pun aku tak lagi bisa.
Apel di sini terasa pahit karena itulah rasa aslinya, sementara apel di bumi sudah diubah iblis menjadi manis untuk menipu dan menjerumuskan manusia pada dosa. Aku kini telah mengetahui kebenarannya melalui semua kitab yang aku baca. Sayangnya aku sudah mati sekarang, jadi aku tidak bisa memberi tahukan manusia tentang kebenaran apel itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H