Beib! Kamu memanggilku beib. Hari ini kamu penuh kejutan.
“Kamu sakit. Kita berpisah. Kamu selalu minta padaku untuk melupakanmu. Kemudian dengan ajaib kamu sembuh. Kita bersama.”
Aku diam. Kamu diam namun menatapku lembut.
“Kenangan adalah serupa angin, yang tak pernah mampu kau rengkuh setelah ia berlalu. Serupa pasir yang akan lolos keluar dari sela-sela jemari tanganmu. Tidak ada kebahagiaan yang abadi. Memang. Sama seperti, seharusnya, tidak ada kepedihan yang kamu biarkan abadi.”
Perlahan aku bicara. Dan perlahan kamu memegang tanganku kemudian erat.
“Iya, kamu mengatakan itu. Persis seperti surat ini. Surat perempuan ini. Terlalu banyak kebetulan dalam surat ini.”
Aku terdiam. Merangkai-rangkai apa yang ada. Ya, akhirnya aku harus menyetujuinya. Terlalu banyak kebetulan. Surat-surat ini seperti kita.
"Kamu percaya reinkarnasi?",
Aku tak mengangguk tak menggeleng tapi lirih berbisik,
"I love u beib"
Aku segera menghambur ke pelukanmu.