Aku langsung memeluknya dengan erat dan menangis di dekapannnya. Air mata membasahi bajunya. Saat aku memeluknya aku merasakan cairan merah di tubuhnya. Saat aku tersadar aku langsung mundur beberapa langkah.
“Eli kenapa kamu meninggalkanku sendiri? Kamu.. saat aku berteriak kenapa kamu tidak menolongku? Ini semua karena mu.” Dia berbicara dengan nada yang sedih dan marah.
Saat aku melihatnya, tubuhnya sudah di penuhi dengan luka. Terdapat luka besar di mukanya. Dan ada banyak luka lain di tubuhnya. Darah masih mengalir dari luka-luka itu.
Aku hanya bisa terdiam melihatnya seperti ini. Tidak. Sejak kapan ini terjadi? Kenapa semua ini terjadi?!
“Ini semua salahmu.” Suara Maura terdengar sama dengan suara monster-monster itu.
“Tidak! Apa maksud dari semua ini?! Aku tidak melakukan apapun!”
Aku langsung berlari dengan kencang meninggalkannya. Aku lelah, aku tidak bisa bernapas.
“HENTIKAN SEMUA INI!! TINGGALKAN AKU SENDIRI!!!”
Entah berapa lama aku berlari. Aku tiba di sebuah taman. Dan ada beberapa orang yang berusaha menenangkanku. Mereka langsung menyuntikkan obat penenang padaku.
“Hey tenanglah!” Kata seorang dokter yang baru saja menyuntikkan obat penenang ke tubuhku.
“Apa kamu bisa mendengar suara ku?” Tanya dokter lainnya.