“Atas nama Eilin ditunggu di tempat pengambilan obat” Apoteker itu memanggilku lewat speaker.
“Udahan ya ma dahh!” Aku berbicara dengan terburu-buru dan langsung menutup telepon dan bergegas ke meja apotek.
Apoteker yang sudah menungguku langsung memberikan obat kepadaku sambil menjelaskan kapan aku harus meminumnnya. Aku mengangguk sambil mendengar penjelasannya. Setelah dia selesai menjelaskan dia langsung memberikan sekantong plastik obat padaku. Aku langsung menerimanya dan pergi meninggalkan apotek dan berjalan ke luar rumah sakit.
“Elii!!” suara ramah Maura datang menghampiriku dan langsung menepuk pundakku.
“Maura? Kenapa kamu disini?” Saat melihatnya entah mengapa moodku langsung membaik.
“Kamu kan kemarin bilang mau ke rumah sakit. Kamu lupa lagi ya?” Maura tampak sedikit kecewa. Dia merangkul lengan nya di pundakku.
“Ohh iya. Kukira kamu tidak datang”
“Sudah lupakan. Ayo ke rumah ku! Ada teman baru yang datang loh!” Katanya dengan nada khasnya yang semangat.
“Gak bisa, aku harus pulang sekarang.”
“Sudahlah sekali ini saja!”
“Ugh.. baiklah” Aku hanya bisa pasrah dengan sikapnya yang selalu memaksaku. Tadi di sisi lain aku juga tidak ingin langsung pulang. Pergi sebentar tidak apa kan? Mama juga pasti tidak marah kan?