Sudah berselang lama sejak Maura pergi. Rasa takut dan khawatirku yang tak kunjung reda. Khawatir dengan keadaan nya dan bertanya-tanya kenapa dia tak kunjung kembali. Aku ingin menyusulnya namun di sisi lain aku juga takut untuk keluar. Tidak. Aku harus menyusulnya.
Aku memberanikan diri berjalan ke ruang tamu. Kosong. Tak ada siapapun disini. Dimana? Dimana dia?
“Maura? Maura! MAURA! KAMU DIMANA?!” Panik, aku langsung berlari keluar gubuk itu.
Aku berlari ke dalam hutan sambil memanggil namanya. Jantung ku berdebar aku takut, takut, khawatir. Dimana dia?!
Perlahan terdengar suara langkah kaki yang mendekatiku. Aku langsung membalikkan badanku namun tak ada siapapun. Aku tersadar. Aku dimana? Ini dimana? Hanya ada pohon-pohon tinggi di sekitar ku. Aku tersesat. Tak ada siapapun disini. Gelap dan aneh, aku tidak mendengar suara hewan sekalipun. Hanya ada suara angin yang berbisik lembut di telingaku.
“Aku sudah menunggumu Eliene.” Terdengar seseorang dengan suara yang berat berbisik di telingaku. Tapi saat aku membalikkan badanku aku tidak melihat siapapun.
“Siapa? Siapa kamu?!”
Aku kembali mendengar suara itu namun kali ini dia tertawa dan suara tawanya memenuhi hutan. Lalu perlahan aku melihat sosok yang sama seperti di gubuk Maura.
Badannya besar dan berwarna hitam. Dia memiliki lima mata dan senyumannya yang mengerikan. Dia berdiri jauh dariku. Namun perlahan muncul sosok yang lain. Mereka memiliki badan yang tinggi dan kurus badannya berwarna hitam dan memiliki satu mata yang melihat ke arahku.
Juga beberapa sosok yang lain. Mereka memiliki dua kepala dan leher yang panjang. Wajah mereka tertutup dengan perban. Dan tubuh mereka yang menjadi satu.
Ada satu lagi sosok yang aneh dan mengerikan. Tubuhnya mirip seperti laba-laba namun berwarna hitam. Dia memiliki delapan mata yang berukuran kecil. Dan terdapat dua buah tangan yang menutupi mulutnya. Seakan menyuruhnya untuk tidak bersuara.