Dalam sekejap seluruh kelas tertawa terbahak-bahak Perlita merasa bangga, dengan ini kasus akan berhenti lalu Aubrey tetap tidak mungkin terkena dugaan ia yang menulis catatan itu, ia terlalu pintar jadi tak mungkin melakukan hal tersebut, meski kenyataan berkata berbeda.
“Aubrey, itu pasti bukan catatanmu, kan?” Tanya seorang siswi yang berdiri berada disamping Aubrey.
“Ee iya, itu catatan, aneh!” Aubrey menahan nafas panjang, “Sial kau!” Ungkap Aubrey dalam hati. Ia hanya bisa menahan senyum yang memaksa, dan mencoba ikut tertawa walaupun ia tau, ini sangat bodoh untuk dia lakukan.
***
Jam istirahat, diruang UKS
Aubrey merasa kesal dengan tingkah yang dibuat Perlita, ini penghinaan besar-besaran. Ia tak menyangka bahwa Perlita begitu cerdas membaca situasi,
“Cih!!! Bagaimana mungki rencanaku malah jadi seperti apa yang dia inginkan? Sial! Padahal aku bisa saja memanipulasi siapa saja kalau aku mau dan…”
“Krraaak” Aubrey menatap pintu terbuka, sosok anak baru yang sangat ia benci muncul.
“Itulah kelemahanmu! Karena kau terlalu meremehkan mereka, orang tidak bisa hanya kau buat permainan dengan sikapmu.” Perlita segera masuk kedalam ruang UKS dan menutupnya.
“Ah, kamu, sepertinya aku terlalu meremehkanmu, akan kubalas kau!”
“Tak masalah, tapi sebelumnya, kita lakukan misi ke dua!” Perlita mendekati Aubrey dan duduk disampingnya. “Waktunya game cinta!” Perlita melangkah menuju tempat Aubrey berdiri “Bagi yang kalah dalam permainan harus mengikuti apa kata yang menang!” Ucap Perlita, sembari menepuk pundak Aubrey,
“Hah? Lagi?” Ungkap Aubrey terkejut.