“Waah, kau tau yang terbaru dari blog Natame?”
“Iya! Iya! Aku jadi bersemangat, pengen baca lagi! Keren abis ceritanya, enggak aku sangka Natame begitu romantis!”
Devin mengamati pembicaraan orang-orang ia mendengar kehisterisan yang lebih dari sebelumnya, Devin sendiri belum membaca apa-apa karena sudah terlelap lebih dalu, Perlita tampak begitu ceria memasuki ruangan koridor kelas, setiap sudut orang hanya berkata, “Natame, Natame, dan Natame!!!”
“Gila, apa, sih yang kamu tulis? Aku sendiri belum baca…” Devin menatap setiap orang-orang disudut sekolah yang terus bercerita tentang blog Natame.
“Salah sendiri, siapa suruh tidur, hahahaha…”
“Iya, iya, aku kecapek’an banget, sih… Kalo gitu, aku pengen baca langsung, ah! Tapi, darimana kamu bisa nulis cinta?”
“Yah, yang penting aku berani nulis novel tentang cinta, kan? Caranya cukup menghaa…” Perlita terhenti saat menatap ada Aubrey di depannya ia segera menghampiri Aubrey dan memberikan sedikit salam. Devin hanya terdiam menatap kelakuan Perlita yang tiba-tiba terhenti dan melangkah cepat kearah Aubrey.
“Hai, Aubrey! Selamat pagi! Terimakasih untuk yang kemarin!” Ungkap Perlita.
“Pagi, juga Perl!!” Ungkap Aubrey dengan senyumannya yang khas, ia lantas berjalan cepat dan berbisik di telinga Perlita, “ Aku tak akan membiarkanmu kali ini!”
Perlita hanya tersenyum tanpa peduli apapun yang terjadi. Ia terdiam sejenak. Devin melangkah sembari menatap Aubrey yang telah melewatinya, “Kau, tahu dia ketua osis yang terkenal, anak seorang direktur bank, dan bahkan katanya guru bahkan tak bisa setara dengannya.” Ungkap Devin.
Perlita memperhatikan dengan jelas apa yang dikatakan Devin, ia tak terlalu mengerti tentang kehidupan Aubrey, yang ia tahu hanya Aubrey orang aneh yang selalu mencatat orang lain.