Mohon tunggu...
Kemas Rachyuanda P
Kemas Rachyuanda P Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya\r\nHobi: menulis cerita fiksi, dan berkhayal\r\n\r\nMoto "Be the best version of you"\r\n\r\nKunjungi pula Blog "Langkah Menuju Paris"\r\ndi www.kemasrachyuanda.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teach Me About Love - Part 3 (Peluklah Aku)

16 Maret 2011   11:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:44 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Sudah selesai?” Tanya Devin sedikit kesal.

“Yah! Ayo pulang!”

Devin dan Perlita berjalan menuju rumah, tempat tinggal mereka tak jauh dari sekolahan tersebut, hanya menyusuri beberapa jalan, susunan rumah-rumah yang mewah telah berjentrek disepanjang sisi-sisi jalanan. Dalam langkah mereka berdua hanya berdiam sembari menyelusuri setiap arah jalanan. Devin mulai mengeluarkan bungkusan rokok yang ia bawa, ia menyalakan api lantas menghisapnya perlahan dan menghembuskan asap mengepul keluar dari mulutnya.

“Kau mau?” Devin menawarkan bungkusan rokok pada Perlita.

“Tidak, apa kata Papa kalo aku merokok? Kamu kok merokok terus, sih? Gak baik tau!”

“Ah, biarlah, kau tau sendirikan? Orang tuaku cerai, Ibuku selalu pulang malam, dan tak pernah mempedulikan aku, hanya uang yang ia berikan tapi bukan cinta. Bukankah lebih baik aku cepat mati dengan rokok ini? Kesendirian membuatku kesal, kau sendiri kesal bukan bila terus menerus sendiri?”

“Eee.. Kok gitu? Tapi setidaknya aku enggak ingin cepet mati, dunia ini sebenarnya indah. Cuman Tuhan belum memberikanku kesempatan melihat dunia yang indah ini.”

“Terserahlah, yang terpenting aku sudah memiliki teman sepertimu sungguh bersyukur, sebelum ada kamu, hanya rokok ini yang menemaniku, teman-temanku memang banyak, tapi mereka hanya memanfaatkanku…” Devin kembali menghisap rokoknya dan menghembuskan dengan cepat. Memainkan asap di udara menatapnya seperti ada sebuah seni yang memukau saat pergerakan asap mulai mengepul dan membentuk seperti awan-awan kecil.

“Ya, aku juga demikian, entahlah kalau aku tinggal di Jakarta terus mungkin kehidupanku akan selalu sendiri. Meski baru sebulan berada di Surabaya, aku merasa senang, karena aku tidak sendiri lagi, ada kamu yang menemani, bila di Jakarta, melewati hari-hari sendiri sungguh membosankan, Papa jarang pulang, makan buat sendiri, semuanya sendiri.”

Devin menatap wajah Perlita yang sedikit murung, apa yang terjadi pada Perlita sama persis seperti apa yang ia rasakan.

“Sudahlah! Ganti topik saja, Oya, bagaimana, sudah siap menulis cerita cinta?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun