"Baik, Yang Mulia Pangeran. Jika memang Yang Mulia tidak apa-apa, saya merasa sangat lega. Saya akan menyampaikan titah anda pada dokter istana. Apa ada lagi yang bisa saya lakukan untuk Yang Mulia?" tanya Harun.
"Tidak ada Pak Harun."
"Jika demikian saya mohon diri" kata Harun kembali memberi hormat pada Ivan dan Erick. Harun lalu beranjak pergi dari tempat itu .
Di depan pintu ruang belajar Ivan, Harun seperti kebingungan menatap pintu yang tertutup,
"Aspirin?"
Sementara di ruang belajar, Erick tersenyum jenaka pada Ivan,
"Sedang bersiap untuk naik tahta, Bro?!" godanya.
Ivan tersenyum masam,
"Persiapan itu sudah ku lakukan semenjak Yang Mulia Permaisuri mengandung diriku" Ivan membuka map yang tadi diserahkan Harun dan membaca isinya, "Sekarang hanya tinggal menunggu waktu." sambung Ivan dengan nada pahit.
Erick tampak khawatir,
"Apa kesehatan Tuanku Yang Mulia sudah begitu buruk?" tanyanya.