"Sudahlah, Rick. Jangan kekanak-kanakan! Kau tidak boleh marah padaku. Bukan aku yang menulis daftar konyol itu"
Erick menatap Ivan dengan wajah lesu,
"Ya aku tahu. Itu memang bukan kesalahanmu. Tapi tetap saja aku tidak terima. Kehadiranmu malah mendepakku begitu jauh. Nomor 4! Yang benar saja!" serunya kesal. Wajah Erick berubah menjadi jengkel, "Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang sudah dilakukan oleh para pembuat daftar konyol itu. Apa mereka tidak punya pekerjaan lain selain menyusun daftar yang tidak berguna seperti itu?!"
Ivan tertawa kecil mendengar ucapan Erick,
"Daftar tak berguna hah?!"
Erick tersenyum kecil. Akhirnya ia menghela nafas panjang,
"Ah.. sudahlah. Siapa suruh aku punya sepupu seorang pangeran"
"Salahmu sendiri! Mengukur harga diri dan martabat dengan daftar tak berguna itu. Tidak masuk akal!" kata Ivan menyambar bola karet kesayangannya yang ada di atas meja dan memainkan bola itu.
Erick mendesah pelan,
"Aku yang turun ke peringkat 4 saja, sudah jengkel begini." Erick menatap Ivan, "Apalagi Jaja"
Ivan hanya tersenyum kecil menatap bola yang ada di tangannya. Ia sepertinya melamun.