"Sing sabar, Jak. Sampeyan mesti sabar. Anggap saja ini cobaan hidup. Syukuri apa yang sudah diberikan Allah. Anggap ini rahmat dan anugrah yang tidak terkira dari Allah yang diberikan buat hambanya. Mudah- mudahan ini bukan azab. Karena menurut pak ustad..."
Ucapan Supardi terhenti seketika saat melihat Jaja, yang masih gemetaran, memberikannya tatapan galak. Supardi langsung menutup mulutnya.
Sementara itu Erick dan Ivan berjalan mendekati kerumunun siswa yang ada di depan mading. Erick mendekati seorang siswa,
"Ada apa nih?" tanyanya.
Siswa itu menatap Erick lesu,
"Itu Senior, daftar murid terfavorit yang paling baru yang baru saja ditempel" jawab murid itu.
Erick menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal,
"Wah.. cepat juga. Aku tahu kalau daftar  itu akan diganti, tapi tidak menyangka kalau secepat ini" keluhnya menatap Ivan.
Ivan hanya tersenyum kecil mendengar ucapannya.
Erick menghela nafas pasrah,
"Yah apa boleh buat! Kelihatannya aku akan turun ke peringkat ke dua" katanya penuh percaya diri.