Aya tersenyum lesu,
"Mau gimana lagi, Mbak" jawabnya.
Untuk sesaat ada keheningan di antara mereka. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak lama Memey menatap Aya dengan ekspresi penuh peringatan,
"Ingat! Apapun yang terjadi nanti, tidak ada seorangpun yang boleh tahu kalau malam itu kamu ada di pesta itu! Karena jika sampai bocor dan didengar pangeran itu..." Memey melakukan gerakan seperti menyembelih lehernya, "... kamu bisa mati atau paling tidak kamu akan mendapatkan tiket kelas satu menuju PENJARA!" ingat Memey.
Aya menatap Memey dengan wajah pucat,
"Mbak Memey benar!"
Aya lalu berdiri dan mengangkat tangannya seperti bersumpah,
"Aya bersumpah! Walaupun kepala Aya ditodong senjata, tank, bazooka atau bahkan tubuh Aya dilingkari ikat pinggang bom sekalipun..." Aya menyilangkan  kedua jari telunjuknya di depan mulutnya "... mulut Aya akan terkunci rapat. Tidak ada seorangpun yang akan tahu selain Mbak Memey dan Bang Romli, kalau malam itu Aya ada di sana! Aya janji!" katanya sambil mengangguk tegas.
Memey mengacungkan kedua jempolnya dan ikut menganggukan kepala tanda menyetujui.
@@@
Ivan sedang duduk bersandar di belakang meja belajarnya dan menatap Erick (yang masih terlihat kesal) yang duduk tak jauh darinya.